[Review] Saihate no Paladin, Ketika Paladin Terkuat Juga Seorang Manusia Biasa

Review 7 Jan 2022

Hai, MedForians!

Khusus untuk review anime kali ini, penulis akan menuliskan salah satu anime yang sempat menjadi perbincangan hangat dan sempat kontroversial di kalangan pecinta fans anime, yakni Saihate no Paladin (The Faraway Paladin). Anime berjumlah 12 episode yang diadaptasi dari novel ringan karya Kanata Yanagino ini sudah mengakhiri tayangnya pada 3 Januari lalu dan juga sudah mengumumkan kehadiran musim keduanya. Penulis sendiri sudah menonton 12 episode secara langsung melalui kanal YouTube Ani-one Asia dan Iqiyi.

Meski sudah tamat, namun tak ada salah untuk mengulasnya, bukan? Yuk, intip ulasan singkatnya!

Disclaimer: Ulasan ini mengandung spoiler keras bagi yang belum menonton anime-nya!

Kisahnya sendiri diawali dari seorang manusia yang meninggal di dunia nyata, dan terlempar ke "dunia lain" (atau lebih tepatnya ke isekai). Ia terlahir kembali menjadi bayi dan dirawat oleh tiga sosok tak biasa. Ya, ketiga sosok tersebut merupakan sosok Gus si hantu penyihir, mumi cantik bernama Mary yang juga seorang pendeta sekaligus healer, dan Blood si prajut "tengkorak" yang kuat. Dirinya pun dirawat dan dipelihara layaknya dipersiapkan untuk menjadi sosok paladin terkuat, tapi juga menjadi penyihir bijak dan pintar strategi serta patuh terhadap agama kepercayaan.

Ia pun kemudian dinamai William G. Maryblood dan memuja Dewi Cahaya bernama Gracefeel, dimana ia akan menuntun umat manusia untuk berjalan dalam kebenaran dan melawan kejahatan.

Dari awal cerita, alurnya berjalan cukup lambat namun tetap terasa hangat. Pertumbuhan sang karakter utama yang dipanggil Will itu diperlihatkan secara detail serta mengundang haru. Terkadang dalam pelatihan bersama Gus ataupun Blood diselipkan unsur komedi yang aman, tapi tetap mengena. Seperti saat Blood dan Gus mengajari Will untuk mabuk minuman keras.

Tak hanya komedi, ada banyak adegan yang nantinya menguras emosi pecinta anime ataupun yang melihatnya. Salah satu adegan adalah pertempuran habis-habisan melawan "God of Undead" bernama Stagnate. Nantinya, latar belakang Gus, Mary, dan Blood akan diperlihatkan, terutama mengapa mereka tidak mati, perjuangan ketiganya yang dahulu pernah melawan Stagnate, hingga menjadi "arwah gentayangan".

Meneldor, teman pertama dan terpenting Will

Setelah kepergian ketiga sosok penting itu, Will memutuskan untuk berpetualang demi mengajarkan ajaran Dewi Gracefeel. Di sana, ia akan bertemu teman pertamanya, Meneldor si "separuh elf". Bersama Meneldor, Will membantu banyak desa yang jatuh miskin dikarenakan kehadiran iblis. Mereka berdua berusaha membantu memusnahkan iblis dan menolong para warga desa.

Selain membantu warga desa, mereka berdua juga bakal ke sebuah kerajaan terdekat dan bertemu banyak petualang lain. Tak hanya itu, Will juga mendapatkan gelar dari kerajaan karena berhasil mematikan Wyvern.

Mendekati akhir cerita musim pertama animenya, penonton harus siap menguras emosi lagi ataupun tegang. Pertempuran Will bersama petualang lain melawan Chimera dan banyak iblis membuat Meneldor sempat terluka parah. Di sini, mental Will pun harus diuji.

Anime-nya memunculkan bahwa Will juga seorang manusia biasa. Ia mengalami putus asa, sedih, kecewa, dan penyesalan serta rasa bersalah yang mendalam, terutama ketika dirinya curhat kepada Dewi Gracefeel karena tak dapat melindungi Meneldor dan petualang lain. Sang seiyuu yang mengisi suara sang protagonis seolah berhasil menjiwai perannya. Dalam ceritanya, Will pun akhirnya berusaha untuk melawan seluruh iblis itu sendiri, namun berhasil dicegah oleh Meneldor.

Selain cerita, kelebihan lain dari anime ataupun kisah novel ringannya sendiri adalah tidak adanya unsur harem yang dibawa. Perlu diingat bahwa saat ini, anime dengan tema isekai di Jepang ataupun dunia sudah memiliki "stereotipe" harem (banyak perempuan di sekitar karakter utama), sehingga Saihate no Paladin bisa dijadikan salah satu alternatif anime bertema isekai.

Alasan lain mengapa anime Saihate no Paladin cocok untuk ditonton dikarenakan sejumlah lagu tema dan musiknya bisa dibilang sangat pas untuk didengarkan. Salah satunya adalah lagu pembuka "The Sacred Torch" yang dibawakan H-el-ical dan lagu penutup yang dinyanyikan Nagi Yanagi, "Shirushibi". Kedua lagu ini bisa masuk sebagai daftar playlist, selain cukup "mellow" tapi sangat enak untuk didengarkan juga membuat tenang.

Meski dibangun dengan cerita yang menarik dan hangat serta masing-masing seiyuu bisa mengisi suara dan pembawaan karakter secara matang, sayangnya anime ini memiliki beberapa kekurangan yang sebenarnya bisa diperbaiki dan bisa terlihat lebih oke. Kekurangannya terutama dalam animasi CG dan grafis yang terkesan standar dan tidak menampilkan nilai lebih. Selain itu, grafis dan CG saat Will berada dalam berbagai pertempuran sebenarnya bisa ditingkatkan, sehingga penonton merasa tergugah untuk tetap menontonnya.

Sekian ulasan singkat penulis terkait anime Saihate no Paladin. Jangan lupa untuk menantikan kelanjutan ceritanya di musim kedua anime-nya ya!

Tag

Visio

Hanya seorang budak korporat yang menyukai game, manga, anime.