[Review] Rascal Does Not Dream of a Knapsack Kid, Ketika Sakuta Tunjukkan Kelemahan Saat Menderita Sindrom Pubertas

Review 19 Mei 2024

Film anime Rascal Does Not Dream of a Knapsack Kid baru saja diputar di bioskop Indonesia beberapa waktu lalu. Saat bagian penutupan film ini, sempat terdapat info bahwa kelanjutan seri anime-nya yang mengungkap kisah sang MC di "College Arc" sedang diproduksi.

Namun kali ini, Redaksi akan membahas seperti apa review dari Rascal Does Not Dream of a Knapsack Kid.

SPOILER ALERT!!!

Redaksi kembali mengingatkan bahwa film anime Rascal Does Not Dream of a Knapsack Kid mengandung spoiler berat jika ada yang masih belum menonton serial anime-nya, film sebelumnya, atau bahkan membaca kisah orisinalnya di novel ringannya. Meski demikian, bagi yang belum menonton semuanya, kisah ini masih cukup bisa dinikmati mengingat film kali ini mengambil perspektif dari si karakter utama (MC) sendiri.

Film Rascal Does Not Dream of a Knapsack Kid dibuka ketika sang karakter utama, Sakuta bertemu dengan sosok Mai Sakurajima versi kecilnya, yang hanya dapat dilihat oleh dirinya sendiri.

Mai Sakurajima versi kecil (lebih tepatnya versi ketika masih SD)

Setelah bertemu dengan Mai Sakurajima versi kecil, semua kehidupan Sakuta terasa sangat lancar. Mulai dari kedamaian akhirnya hadir dalam kehidupan SMA Sakuta yang kacau balau, lalu teman-temannya telah mengatasi berbagai masalah mereka. Tak hanya itu, anggota keluarganya sudah terlihat baik-baik saja, seperti saudara perempuannya telah menyadari identitas ganda dan trauma di baliknya, hingga ibunya terus pulih dari gangguan mentalnya.

Dirinya pun juga sukses berkencan dan berpacaran dengan Mai Sakurajima, seorang aktris remaja cantik yang sedang jatuh cinta dengannya. Namun sayangnya, Sakuta terkejut ketika suatu hari dia bangun dan menyadari bahwa tidak ada seorang pun yang dapat melihat atau mendengarnya. Kasus tersebut sama persis seperti yang dihadapi oleh pacarnya, Mai Sakurajima yang juga terkena Sindrom Pubertas (di musim pertama anime).

Mai Sakurajima

Sakuta terpaksa menghadapi kenyataan bahwa dia telah membantu memecahkan masalah semua orang kecuali masalah dirinya sendiri. Untuk menyembuhkan dirinya sendiri dari penderitaannya, dia harus menemukan akar permasalahannya dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memulai proses penyembuhan.

Sebagian besar kisah film berfokus pada Sakuta memikirkan apa yang sebenarnya dia inginkan dan menerima bahwa kenyataannya tidak seperti itu, termasuk ketika Sakuta harus menyelesaikan sebagian perasaannya dengan ibunya.

Mai Sakurajima dan Sakuta

Di film ini juga ditampakkan bagaimana Sakuta yang benar-benar frustrasi ketika menghadapi Sindrom Pubertas mulai bangkit. Kehadiran Mai Sakurajima yang benar-benar menjadi sosok pendamping hidup bagi Sakuta, dan turut mendukung dia untuk bisa pelan-pelan sembuh dari Sindrom Pubertas.

Berkat dukungan Mai pula, Sakuta berhasil melewatinya dan bisa berhadapan dengan ibunya. Chemistry kuat antara Mai dan Sakuta mungkin bisa dibilang menjadi salah satu dari lima pasangan anime terbaik sepanjang masa.

Film ini juga menegaskan dan memberikan pesan bahwa tidak ada manusia yang sempurna.

Sangat mudah untuk menilai orang serta pilihan mereka, bahkan ketika tidak ada pilihan yang secara obyektif “baik” untuk mereka pilih saat ini. Penting untuk menyadari bahwa manusia hanya dapat melakukan banyak hal, dan kesehatan mental setiap orang berada pada titik puncaknya. Setiap orang hanyalah manusia biasa, dan setiap orang berhak mendapatkan sedikit kasih karunia, terutama ketika mereka berusaha untuk sembuh dan bertumbuh.

Secara keseluruhan, Rascal Does Not Dream of a Knapsack Kid merupakan akhir yang memuaskan dari seri sejauh ini. Film ini mengikat semua alur cerita dan berfokus benar-benar pada Sakuta seorang, bukan orang-orang sekitar. Film memiliki pembentukan karakter yang kokoh dan sarat dengan moral yang baik tentang rumitnya kehidupan dan keluarga.

Tag

Visio

Hanya seorang eks budak korporat yang menyukai game, manga, anime.